Rafi Akbar Setiawan, Siswa Kelas 9 MTsN 8 Jakarta dinyatakan lulus Seleksi MAN-PK oleh Kementerian Agama Pusat











Sebuah Prestasi Gemilang diraih oleh siswa kami,
Rafi Akbar Setiawan dinyatakan lulus dalam proses seleksi PPDB di Madrasah Aliyah Program
Khusus Kementerian Agama Pusat. Dari 20 Siswa-Siswi yang kami rekomendasikan
mengikuti seleksi MAN-IC dan MAN-PK, hanya Rafi Akbar Setiawan yang berhasil
lulus seleksi.





Menurut catatan arsip kami, Ananda Rafi Akbar
adalah siswa MTsN 8 Jakarta yang ke-tiga yang berhasil lulus ke MAN-PK ini
setelah beberapa dekade sebelumnya ada Syafrudin (alm) dan Habibillah (saat ini
guru MTsN 8 Jakarta) yang pernah mengenyam pendidikan di MAN-PK. Sementara
Prestasi anak didik kami yang masuk MAN IC menurut catatan hingga saat ini
adalah Ulfah Fatimah, Iskandar, dan Naufal Ramadhan, namun hingga kini belum
memiliki penerus yang berhasil masuk MAN IC kembali.


               


MAN IC (Insan Cendikia) dan MAN-PK (Program
Keagamaan) adalah proyek Kementerian Agama Pusat yang paling bergengsi yang
dirintis saat ini. Jika MAN Insan Cendikia adalah Proyek Marasah Aliyah
Rintisan di bidang Sains, maka MAN PK fokus pada bidang keagamaan. Dalam
Sejarahnya MAN-PK sudah ada sejak pertama kali dirintis oleh Menteri Agama Era
Bapak H. Munawir Sadzali. Sebuah masa, dimana MAN-PK 2 tahun lebih dahulu lahir
sebelum SMA Taruna Nusantara di Magelang yang merupakan SMA khusus pendidikan
militer.





Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak Lukman
Saefudin, melalui Direktorat Pendidikan Madrasah belum lama ini meluncurkan
agenda pembagian madrasah menjadi empat kelompok. Yaitu (1) madrasah dengan
spesialisasi keagamaan (MAN-PK), (2) madrasah spesialisasi keilmuan sains
dipegang oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, (3) madrasah
spesialisasi vokasi (mirip SMK), dan (4) madrasah reguler yaitu madrasah negeri
dan swasta pada umumnya.





Menyorot soal madrasah dengan spesialisasi
keagamaan. MAN-PK dengan spesialisasi adalah metamorfosa dari Madrasah Aliyah
Program Khusus (MAPK), sebagaimana diprakarsai oleh Menteri Agama, Munawir
Sadzali (1988-1983). Madrasah Aliyah Program Khusus digagas pada tahun 1987,
sebagai sebuah proyek prestisius Departeman Agama untuk mengantisipasi akutnya
persoalan madrasah, terutama menyangkut pengkaderan ulama (program tafaqquh
fiddin). MAPK dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1987
adalah sebuah pilot project membentuk generasi baru untuk dipersiapkan menjadi
pegawai kementerian agama yang lebih profesional dan berwawasan luas serta
moderat agar mampu memahami perbedaan pemikiran keagamaan di tengah-tengah
masyarakat sehingga bisa mewarnai berbagai wacana perkembangan bangsa dan
negara. Meminjam Istilah yang sinis dari Karen Steenbrik, sebagai white collar
job.


Di sekolah ini diterapkan kurikulum yang padat
agama dan bahasa (Arab dan Inggris) serta pembelajaran yang intensif dengan
sistem asrama seperti pesantren. Mula-mula dibuka di lima tempat: Padang
Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Jember dan Ujung Pandang. Pada tahun 1990 dibuka
lagi di Lampung, Surakarta, Mataram dan Martapura. Dengan seleksi ketat dan
pendanaan memadai (didukung proyek), MAPK dinilai telah berhasil menyiapkan
lulusan kader ulama dengan wawasan keislaman, keindonesiaan dan kemodernan yang
menawan.





Program yang diusung MAPK adalah program tafaqquh
fiddin (pendalaman ilmu agama). MAPK adalah lembaga pendidikan formal
non-pesantren yang berperan sebagai penyambung (setidaknya sebahagian dari)
‘tradisi pesantren’ yang tujuannya adalah untuk ber-tafaqquh fiddin, dengan
trade mark dan unsur utamanya adalah mengkaji kitab kuning. Secara substantif,
hubungan MAPK dan tafaqquh fiddin bagaikan wadah dan isi, MAPK merupakan wadah
sedangkan isinya adalah tafaqquh fiddin. MAPK adalah bagian dari madrasah (MA)
yang ada pada saat ini dengan struktur program kurikulum yang porsi pelajaran
agamanya 70 %. Setiap siswa MAPK juga dituntut untuk menguasai Tujuh Kecakapan
untuk Bertahan Hidup (The Seven Survival Skills) ala Tony Wagner (2008) dalam
buku The Global Achievement Gap, meliputi: 1) berpikir kritis dan mampu
memecahkan masalah, 2) bekerja sama dalam jaringan dan memimpin dengan
pengaruh, 3) ketangkasan dan mampu beradaptasi. 4) berinisiatif dan
kewirausahaan, 5) komunikasi efektif baik lisan maupun tulis, 6) mengakses dan
menganalisa informasi), 7) rasa ingin tahu dan daya imajinasi.






Sejak didirikan sampai saat ini, MAPK telah
meluluskan ribuan alumni. Alumni MAPK umumnya memiliki kualitas lebih baik
dibandingkan yang lain terutama dalam penguasaan materi agama dan bahasa Arab
dan Inggris. MAPK berhasil menelurkan intelektual yang agamawan handal dan dan
saat ini alumninya menempuh studi ke seantero perguruan-perguruan tinggi elit
di Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Timur Tengah. Banyaknya alumni yang
melanjutkan pendidikan di luar negeri itu memberikan gambaran bahwa MAPK
benar-benar telah mampu meluluskan alumni yang memiliki kualitas yang memadai.
‘Pesantren Negeri’ ini sudah melahirkan pribadi dan nama-nama besar, sebut
saja: Prof. Mahfudz MD (Mantan Menteri dan Ketua Mahkamah Konstitusi), KH. Muammar ZA (Qori International), Drs. H. Muhaimin Iskandar, M.Si (Wakil Ketua MPR RI - Ketua Umum PKB), Dr. Asrorun Niam Saleh, Ketua Komite
Syariah WAFC ((World Halal Food Council), Habiburrahman El Shirazy (Sastrawan
Asia Tenggara), Burhanuddin Muhtadi, (Pengamat politik ternama),
Teuku Kemal Pasha (Antropolog) dan masih banyak nama lainnya yang berkiprah
bagi negeri ini. Alumni MAPK telah terbukti mampu berkiprah di semua matra
kehidupan: politik, ekonomi, sosial budaya, media dan militer. 






Sebagai lembaga pendidikan pesantren negeri,
keberadaan MAPK/MAK merupakan salah satu pilar penting untuk mendukung revolusi
mental sebagaimana digelorakan oleh Presiden Joko Widodo. Pemerintah memberikan
porsi perhatian lebih terhadap MAPK/MAK dalam dunia pendidikan, sehingga
revolusi mental dapat berjalan dan membuahkan hasil yang baik. MAPK/MAK
mengajarkan budi pekerti, akhlakul karimah, sikap dan nilai-nilai luhur
manusia. Tidak cukup di sini, MAPK/MAK selain menyemaikan ajaran tentang agama
dan budi pekerti, MAPK/MAK juga menjadi basis penyemaian ajaran semangat kebangsaan,
kebhinekaan, moderatisme, dan nilai-nilai Islam Nusantara. Siswa MAPK berasal
dari berbagai provinsi, lintas mazhab dan ragam pemikiran. MAPK adalah miniatur
Islam Indonesia. Meminjam istilah Burhanudin Muhtadi: MAPK adalah pasar raya
ide yang dipenuhi oleh kios-kios yang menjajakan tafsir Islam yang warna-warni.
Lulusan MAPK/MAK bisa dikaryakan di berbagai lembaga seperti KPK, Densus 88,
BNPT, BNN, dan MUI untuk menjadi garda terdepan memerangi korupsi, kolusi,
nepotisme, penyalahgunaan Napza, radikalisme dan ekstremisme.









*Sebagian adalah tulisan dari Faried
Wijdan, Alumni MAN-PK Surakarta, dan telah disunting oleh Habiel, Guru MTSN 8
Jakarta, Alumni MAN-PK Yogyakarta








Lokasi MAN IC dan MAN PK Seluruh Indonesia saat ini 2018







0 Komentar